Pejabat militer ini mengatakan pembunuhan yang dilakukan di Aceh itu telah “disahkan” oleh wewenang yang lebih tinggi di Jakarta.
JURNALIS investigasi juga aktivis, Allan Nairn mencatat di blog pribadinya, www.allanairn.org, tentang hasil wawancaranya mengenai sejumlah kasus pembunuhan warga sipil di Aceh sepanjang tahun 2009. Ia menuliskan pembunuhan itu dilakukan oleh TNI.
Dalam catatan yang bertajuk "Breaking News: Indonesian Army, Kopassus, Implicated in New Assassination, Force Chosen by Obama for Renewed US Aid Ran '09 Activist Murders' dan di-posting tanggal 21 Maret 2010.
Allan menjelaskan bahwa sumbernya adalah seorang pejabat senior Indonesia yang sering bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi TNI dan Presiden RI.
Pejabat militer ini mengatakan pembunuhan yang dilakukan di Aceh itu telah “disahkan” oleh wewenang yang lebih tinggi di Jakarta. Secara rinci, pejabat itu membocorkan data tentang pembunuhan ini, termasuk nama korban, metode pembunuhan, dan nama-nama pelaku.
Rincian tersebut telah diverifikasi oleh pejabat lain, termasuk anggota senior Polri. Memang hal ini bersifat rahasia. Namun para senior ini berani mengungkap karena mereka tak setuju dengan pembunuhan ini. Meski demikian, mereka juga meminta tidak disebutkan namanya untuk alasan keamanan.
Setidaknya delapan aktivis Partai Aceh (PA) --turunan dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-- dibunuh dalam pemilu kepala daerah pada April 2009 silam. Pembunuhan itu dilakukan sebagai reaksi atas aksi PA yang dianggap terus menggencarkan pidato terlarang mengenai kemerdekaan Aceh di Aceh dan berbagai wilayah Indonesia lainnya.
Pejabat Polri ini menjelaskan pembunuhan dilakukan secara profesional dengan pengawasan lebih dulu terhadap calon korban mereka. Seorang korban, Tumijan, 35 tahun, diculik terlebih dahulu sebelum dibunuh.
Ia ditemukan dua hari kemudian dengan kondisi leher tergorok dan tubuh termutilasi. Tak hanya itu, tubuh pekerja minyak kelapa sawit di Nagan raya ini juga diikat dengan kawat listrik.
Aktivis PA lainnya, Dedi Novandi, 33 tahun, alias Abu Karim ditembak di bagian kepala saat sedang duduk di mobilnya. Ia yang saat itu akan keluar bersama seorang sopir tewas dengan dua peluru bersarang di kepalanya.
Dedi dibunuh sehari setelah berdiskusi dengan salah satu anggota Bank Dunia guna membahas kekhawatiran pembunuhan aktivis PA yang meningkat.
Tidak ada saksi mata yang memberikan informasi rinci mengenai pembunuhan itu. Mereka seakan kompak menjawab: "Tidak melihat apa-apa." Namun demikian, istri Abu Karim, Cut Dede, dan sejumlah pejabat senior tersebut yakin bahwa ini adalah pembunuhan politik.
Kasus Tumijan dan Abu Karim disebut sebagai bagian dari program pembunuhan TNI yang dilakukan Pangdam Aceh Jenderal Sunarko, yang ditugaskan ke Aceh oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Demikian Tempo, 27 Juni 2014.
0 komentar :